Selasa, 04 Januari 2011

Indonesia dan Piala AFF


Tim nasional sepak bola Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hongaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Indonesia, meski merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar, tidak termasuk jajaran tim-tim terkuat di AFC. 

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger). Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua di tahun 2000, 2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak peraih runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.













Di kancah Piala Asia, Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam. 
Piala AFF adalah turnamen sepak bola negara-negara ASEAN. Gelaran ini dilaksanakan 2 tahun sekali, dengan tuan rumah yang bergantian. Turnamen yang dulunya dikenal dengan nama Piala Tiger ini pertama kali digelar pada tahun 1996 di Singapura.
Pada perhelatan pertama tersebut, juara jatuh di tangan Thailand, setelah di final mereka berhasil menekuk Malaysia. Sedangkan Indonesia harus puas di urutan ke empat setelah kalah dari Vietnam.

















Sejak saat itu Indonesia aktif menjadi pertisipan. Meski langganan masuk semi final namun sayangnya hingga saat ini Indonesia belum mampu keluar menjadi juara. Prestasi tertinggi Indonesia adalah sebagai runner up, pada gelaran tahun 2000, 2002, 2004 dan 2010. Sedangkan prestasi terburuk Indonesia dalam turnamen ini terjadi pada tahun 2007 dan 2008  dimana Indonesia gagal lolos ke semifinal.
Di piala AFF kemarin, kemenangan demi kemenangan yang diraih awak timnas menghasilkan euforia yang luar biasa dari seluruh rakyat di negeri ini. Popularitas dan sorotan  media kepada awak timnas pasca kemenangan pertama mereka atas Malaysia menghasilkan pemberitaan yang tiada henti sepanjang hari.
Bangsa ini memang sudah sangat haus akan kebanggaan, atas sebuah pencapaian yang membuat seluruh rakyat bisa tersenyum bangga. Dan kemenangan demi kemenangan yang diraih timnas seakan menjadi sedikit penawar dahaga. Kenaikan jumlah penonton yang hadir ketika timnas bertanding maupun berlatih menjadi sangat luar biasa.
















Dan sebuah tamparan keras itu datang membuat semua pecinta bola di tanah air terkejut ketika timnas di kalahkan Malaysia 3-0 di kandang lawan. Seluruh negeri seakan terhenyak tak percaya, harimau malaya yang pada fase putaran grup dilumat pasukan garuda 5-1 ternyata membalikan prediksi dan euforia atas kemenangan timnas berturut-turut. Seluruh negeri mencari kambing hitam, dari mulai laser hingga acara istighosah. Mereka menyalahkan faktor eksternal tanpa mencari kesalahan pada diri mereka sendiri.
Di leg kedua yang di gelar stadion Gelora Bung Karno sebenarnya Indonesia bermain bagus akan tetapi Dewi Fortuna sepertinya tidak berpihak pada kita. Hadiah tendangan penalti yang diberikan wasit asal Australia gagal dimanfaatkan oleh Firman Utina. Sepertinya inilah yang membuat mental pemain timnas menjadi sedikit turun. Walaupun demikian Indonesia tetap menunjukkan semangat pantang menyerahnya. Indonesia dapat memenangkan pertandingan dengan skor 2-1 melalui gol M. Nasuha dan M. Ridwan. Akan tetapi apa amu di kata, walaupun Indonesia menang pada leg kedua, Malaysia tetap juara karena unggul agregat (4-2).
Kita patut bangga dengan apa yang di raih oleh tim kebanggan kita walaupun kembali menjadi runner up. Hasil ini mampu menyatukan supporter menjadi satu, yaitu Indonesia. Yang perlu dibenahi adalah organisasinya yaitu PSSI.
(T-1/Gilang Kancana)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar