Rabu, 10 November 2010

“ SITU LEMBANG “ Danau Bersejarah Yang Hampir Terlupakan


Ribuan tahun yang lalu kawasan Bandung utara mempunyai sebuah gunung yang sangat besar sekali. Gunung tersebut bernama GUNUNG SUNDA PURBA. Yang kemudian meletus dan meninggalkan sebuah kaldera yang sangat besar. Sisa-sisa letusannya pun kini membentuk gugusan gunung-gunung yang berderet mulai dari G. Burangrang, G. Pangukusan, G. Masigit, G. Gedogan G. Sunda, G. Wayang G. Tangkuban Parahu dan G. Bukit Tunggul yang berada di daerah Lembang. 
 



            







 Menurut Zabrig (30) seorang Aktivis lingkungan hidup yang sering keluar masuk kawasan Situ Lembang, “ Kaldera akibat letusan Gunung Sunda Purba tersebut, sekitar tahun 1914 oleh pemerintah Hindia Belanda di bendung dengan maksud sebagai DAM penyimpanan air untuk warga Bandung, Cimahi dan sekitarnnya. Yang kemudian oleh masyarakat sekitar dinamai Situ lembang, Situ yang berarti dalam bahasa Sunda adalah danau dan lembangnya sendiri karna berada di daerah sekitar lembang”.
            Sudah hampir 10 tahun belakangan ini kawasan Situ Lembang Ekosistemnya semakin rusak. Pohon-pohon sebagai penyimpan kantung-kantung air di tebangi, sampah-sampah yang berserakan yang di akibatkan oleh para pengunjung yang membuang sampah sembarangan dan di buang begitu saja. Akibatnya penurunan debit air di danau yang berukuran 74 Ha dan berkedalaman sekitar 7 meter yang berada di ketinggian 1.530 Mdpl itu, serta sendimen longsoran tanah yang terbawa oleh sungai-sungai yang mengairi danau tersebut yang berakibat terjadi pendangkalan kedalaman danau.
            Akibatnya pada musim kemarau kemarin terjadi kekeringan yang sangat parah. Hal ini tentu saja berimbas kepada warga khususnya warga Cimahi yang sebagian besar mengandalkan suplai air dari kawasan ini. Sampai-sampai pada saat musim kemarau kemarin warga Cimahi harus sabar menerima penjatahan air ledeng dan harus siap mengantri untuk membeli air dari daerah lain.
            Apabila kawasan Situ Lembang Tidak kita jaga dari sekarang, tidak menutup kemungkinan untuk musim kemarau kedepannya akan terjadi kekeringan yang lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu perlunya pengawasan dari pemerintah daerah untuk segera menyelamatkan aset bersejarah yang menyangkut hajat hidup orang banyak, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Karna lingkungan hidup bukan untuk anak cucu kita, tetapi adalah titipan mereka yang harus selalu kita jaga kelestariannya. T2/Deden Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar